February 21, 2013

Polemik Budiman

Anda mungkin tidak pernah tahu, apa tujuan seseorang menuliskan sebuah karya sastra sederhana dalam sebuah media apapun. Tapi, ada sebuah kelucuan disini. Jadi begini...

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel di Yahoo.com tentang gugatan Andrea Hirata pada salah seorang sastrawan atas pencemaran nama baiknya. Singkatnya, Andrea Hirata membikin "ulah" yang membuat sastrawan geram. Namun kegeraman para sastrawan diwujudkan dalam sebuah satra sederhana. Akibatnya, Mas Andrea Hirata inipun menjadi semakin geram dan muncul sebuah 'sindiran' kepada Andrea Hirata, yang intinya,

 "Sebaiknya Andrea Hirata bersikap lebih bijak lagi. Sebagai penulis dia hendaknya paham betul pentingnya berbalas tulisan. Ya, tulisan dibalas tulisan atau melakukan kritik di atas kritik yang ditujukan padanya. Itu tentunya elegan."

Hal tersebut memunculkan ide saya untuk membuat suatu ungkapan yang ada dibenak saya selama ini. Meskipun tidak semua yang saya ingin curahkan keluar, namun salah satunya tertuang dalam salah satu blog saya. Sebenarnya bukan maksud hati saya untuk memicu sebuah polemik dalam dunia maya. Namun apa boleh buat, entah saya yang sok tahu, atau mungkin saya yang terlalu percaya diri, hingga saya berani menulis artikel ini. :D

Kembali lagi pada permasalahan tadi. Kalimat tersebut menurut saya merupakan kalimat kritikan, yang berupa sindiran untuk Andrea Hirata. Dan dalam artikel saya yang lain pun, melalui sebuah cerita saya menuliskan sebuah sindiran yang saya tuangkan pada sudut pandang pertama. Yang saya kenai sindiran adalah sudut pandang ketiga, pelaku sampingan. Sebenarnya, jika anda pembaca yang jeli dan cermat, anda akan mengerti maksud tersirat dari artikel saya. Sejauh yang saya tahu, akhir dari sebuah cerita akan menuju pada sebuah pesan moral atau yang biasa disebut dengan amanat. Tidak semua amanat dalam sebuah karya sastra itu "baik", yang saya maksudkan adalah baik dari segi moral. Kenapa demikian, terkadang jika anda membaca sastra-sastra pendek yang memuat amanat yang berisi sindiran. Sehingga, jika anda adalah pembaca yang "baik dan budiman", anda seharusnya mengerti maksud cerita dari si pengarang. Terlebih, jika anda adalah orang yang "ahli" dalam sandiwara, anda harusnya lebih mengerti akan maksud pengarang. Apalagi jika anda pernah mengalami salah satu bagian dalam karya sastra tersebut.

Jadi, pembaca yang budiman, lebih baik anda mencermati sebuah karya sastra dengan seksama, sebelum anda memancing polemik dingin. Apalagi polemik dunia maya. ;)

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review